On Kamis, 09 Oktober 2014 0 komentar

KEMATIAN IKAN KOI — Momok yang cukup menakutkan bagi pecinta ikan koi adalah kematian mendadak dalam jumlah besar. Kematian massal pada ikan koi kerap dialami pembudidaya maupun penghobi ikan koi. Beragam pertanyaan dan kegalauan sering menghinggapi para penghobi perihal penyebab kematian mendadak ikan koi dalam jumlah besar tersebut. Belum hilang stress akibat musnahnya ikan-ikan koi kesayangan, pertanyaan mengenai penyebab matinya koi juga sulit untuk diperoleh jawaban pastinya.

Pengalaman dalam menangani kejadian kematian dan penyakit koi menjadi pelajaran berharga yang penting dimiliki oleh penghobi koi. Ada berbagai macam sebab yang mengakibatkan ikan koi mati mendadak dalam jumlah besar. Kebanyakan orang memvonisnya dengan penyakit yang disebabkan oleh Virus Herpes pada koi (KHV). Penyakit menakutkan pada koi yang sanggup memusnahkan seluruh ikan koi tanpa sisa. Namun sebenarnya tidak setiap kematian massal ikan koi disebabkan oleh KHV tersebut.

penyakit koi
Ikan Koi Yang Mati Mendadak Dalam Jumlah Besar
Sebelum memvonis penyebab kematian ikan koi secara mendadak dalam jumlah besar tersebut ada baiknya kita memeriksa beberapa hal yang mungkin mengakibatkan koi sakit hingga akhirnya mati.
Pada umumnya penyakit pada ikan koi akan menjangkit pada saat kedatangan ikan-ikan baru,baik semasa karantina atau sesudahnya. Dalam beberapa kasus,kualitas air(terutama ammonia, pH, suhu dan racun lain)dan kepadatan ikan belebih,berkontribusi positif dalam memperparah riwayat penyakit ini.Penyakit ini semakin besar kemungkinan terjadinya pada kondisi air dengan tingkat kesadahan yang tinggi(GH/General Hardness tinggi).
Untuk mengantisipasi penyakit ada baiknya selalu melakukan karantina dan memberikan perhatian pada ikan baru atau perubahan musim. Karena masa inkubasi penyakit pada ikan koi biasanya antara 2 sampai 3 minggu. Tetapi apabila ada ikan yang sudah membawa penyakit dari tempat sebelumnya,maka dalam jangka waktu kurang dari 12jam gejala klinisnya mulai tampak.

Gejala-Gejala Klinis Penyakit Koi

Untuk mendeteksi penyakit pada koi kita bisa mengamati gejala klinis awal yang terjadi sehingga penanganan bisa lebih cepat. Secara umum gejala dan tanda awal, ikan tampak malas-malasan,nafsu makan hilang,gerakan pernafasannya lebih cepat,dan cenderung memilih berada di dasar kolam atau diam mengambang di tengah kedalaman kolam.
Pada gejala awal ini produksi lendir tampak lebih banyak,dan sesekali terlihat lendir keluar dari insang dan tetap menempel. Lendir berlebih ini hanya tahap awal saja yang menyebabkan sisik tampak makin kemilau. Jika masih bertahan hidup, lendir akan berhenti berproduksi dan kulit mulai tampak normal kemudian kusam dan akhirnya kering.Gejala biasanya dimulai di sekitar pangkal ekor,sekitar dada dan perut bagian bawah,yang pelan-peln menjadi semakin kasar dan kadang kelihatan seperti bertabur pasir.

Penyebab Penyakit Koi

Dari berbagai jurnal ikan internasional yang terbit, berbagai jenis bakteri diamati dalam kasus ini, termasuk Aeromonas hidrophila,Asorbria,Acavide,Asalmonicida dan Flavobacterium psychophila.Tak satupun dari mereka ditemukan dalam kasus penyakit ini,baik pada jaringan korban yang di teliti maupun hasil pengamatan mikroskop electron.
Kesimpulan dari beberapa negara yang peduli dengan tragedi penyakit ini,menyimpulkan indikasi awal penanggung jawab kejadian penyakit ini adalah infeksi sejenis virus(viral infection).Studi tentang penyebaran sumber penyakit ini sudah dilakukan oleh para ahli di jerman dan USA,termasuk antara lain University of California.Tetap saja belum jelas karena beda lokasi beda juga virus penyebabnya.

Penanganan Penyakit Koi

Sampai saat ini belum ada satu obatpun yang dapat diyakini mengatasi dampak penyakit ini. Penambahan garam ikan kedalam air lebih bermanfaat pada pencegahan terjadinya serangan seconday diseases.Gejala klinis hanya terjadi pada ikan-ikan yang terinfeksi yang mengalami perubahan suhu air secara drastis antara 18-26derajat C.
Dengan memanipulasi suhu air, diharapkan akan memberikan hasil yang lebih baik .Menaikan suhu air di atas 26 C sampai kematian koi tidak terjadi lagi, dan kemudian secara bertahap menurunkan suhu akan meminimal angka kematian.
Karena cukup bukti bahwa ikan yang berada pada suhu 18-26 C berpotensi mengalami serangan agen penyakit ini, maka faktor suhu dianggap punya andil besar dalam ledakan penyakit ini.
Di Negara Israel, para petani Koi meningkatkan kekebalan ikan dengan cara manipulasi suhu air secara regular.Mereka menyebut ikan-ikan yang lulus ujian ini sebagai “ikan berkekebalan alami”(naturally immune fish)dan terbukti tingkat kematian yang biasanya mencapai 80%atau lebih dapat turun sangat fantatis di bawah 5%.
Mereka juga mencatat kalau ikan-ikan berkekebalan alami itu lebih kuat dan tahan terhadap berbagai perubahan kondisi kolam.Ini juga di terapkan oleh petani-pateni koi di Blitar.
Karena sebagian besar kasus terjadi pada saat pemasukan ikan-ikan baru, maka dapat disimpulkan bahwa penyakit ini karena adanya KONTAK LANGSUNG antara ikan koi sehat dengan ikan koi berpenyakit.Kalau kolam kita sendiri yang sudah di huni koi dalam waktu puluhan bulan atau tahun,tidak perlu khawatir akan serangan siluman ini,selama yakin tidak ada koi baru yang masuk.
Ketika ikan sudah tinggal di dalam kolam ,maka seluruh organ tubuh dan sistem yang mengatur cara hidup dan juga tingkat kekebalan akan diadaptasikan dengan kondisi setempat dan dikonsolidasikan secara permanen oleh ikan tersebut sehingga tetap dapat hidup damai rukun sentosa dengan ikan lain dan pemiliknya.
Pada saat menambahkan ikan koi baru ke dalam koi, yang perlu diwaspadai adalah potensi ikan baru membawa penyakit (Carrier Fish). Meski koi tampak sehat bisa jadi ia membawa penyakit dari asalnya. Untuk mencegahnya maka mengkarantina ikan adalah pilihan bijak. Ikan baru bisa dilakukan karantina selama 2-4minggu dalam suhu air 18-26 derajat C dan bila perlu dengan manipulasi suhu. Ditambah dengan garam 2-5kg/m3.


gc-all-japan-koi-show-2009young-champion-japan-koi-show-2009major-winner2011japan-koi-showyoung-champion-japan-koi-sho-2011
Sumber:
http://blitarkoi.blogspot.com/

0 komentar:

Posting Komentar